Silent Killer
Silent Killer
Siapa sangka silent killer saat ini menjelma menjadi udara. Kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia setiap waktunya. Greenpeace telah mengingatkannya dua tahun lalu, namun seakan peringatan itu bak angin lalu dan menjadi nyata kini. 240 besaran nilai indeks kualitas udara (AQI) saat ini terdeteksi di Jakarta. Kecerahan langit ibukota terselimuti polusi menjadi pemandangan yang harus di hadapi sehari-hari. Nilai indeks yang lebih rendah yang menimpa Thailand ditanggapi dengan diliburkannya aktifitas sekolah karena dianggap membahayakan pernafasan anak kecil khususnya. namun kenyataan lain dialami Jakarta, Ibukota masih sama tanpa suara apa-apa, tak ada yang lantang, atau yang bergeming seakan sedang sehat seperti sedia kala, semua terbuai dengan ramainya pesta demokrasi negeri ini atau hiruk-pikuk kehidupan pribadi. Kebijakan-kebijakan seakan menjadi lahan adu politik, bukan mencari alternatif bersama dan menyadari untuk saling memperbaiki.
Suatu kali saya sedang mengunjugi negara tetangga, menaiki taxi lalu berhenti di sebuah tempat pengisian bahan bakar, sembari mengamati kami diceritakan bagaimana bahan bakar mobil ini diisi dengan dua jenis bahan bakar, ketentuan penggunaan di daerah perkotaan dan di luar dari daerah perkotaan diatur sedemikian rupa, dengan kesadaran dan kepedulian sepenuhnya supir taxi ini sukarela mengikuti aturan yang ada, ia mengerti kebijakan yang ada merupakan kebijakan untuk kebaikan bersama, bukan hanya saja untuk dirinya bahkan untuk anak cucunya kelak. ia sendiri menyadari tingginya populasi kota dan banyaknya pemilik kendaraan harus diantisipasi dengan meminimalisir polusi udara yang disumbangkan oleh asap kendaraan sebagai salah satu penyumbang terbesar polusi selain dari pabrik dan perindustrian. lalu saya termenung, berpikir dan mengamati bahwa masih ada yang kurang dari negeri ini bahwa "Ada satu ruang yang seakan sedang hilang, yaitu kepedulian".
Komentar
Posting Komentar