Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

NEGARA IMPIAN

NEGARA IMPIAN . . Menjadi negara impian bukan hanya sekadar membahasnya, memasukannya kedalam memori mimpi. Tapi membenahi diri, membenahi lingkungan sekitar  lalu selanjutnya khalayak akan mengikuti. Jangan bercita-cita negaranya bersih sampah, jika kita menyepelekan bungkus permen yang berserakan atau kita tidak membuangnya, minimal mengantonginya jika belum ditemukan tempat sampahnya. Jangan bercita-cita negaranya ramah lingkungan jika sisa makanan kita saja semudah itu kita buang. Tanpa memikirkan bagaimana mereka  mengolah limbah sampah basah rumah makan. Ah...malu rasanya jika cita-cita kita hanya sebatas impian, bukan tindakan atau pembuktian. Self reminder khususnya bagi saya.  Ketika saya bergabung dengan komunitas kecil @sahabatdakwah yang salah satu kegiatan rutinnya ialah bersih bersih pantai, rasa malu saat saya memungut setiap bongkahan sampah, malu bukan karena tak mau memungutnya, malu karena terkadang mengapa belum bisa menggerakan nurani kesadaran masyarakat unt

LANGKAH

LANGKAH . . karena langkah pertama menentukan hasil Selamat berproses dan tetap optimis terhadap apa yang kita harapkan. . . Sempat termenung ketika harus membeca beberapa opini singkat lewat medsos seorang anak yang baru saja lulus SMA sederajat. Jauh dibawah saya usianya, namun saya terkagum dengan pola pikirnya. Bahasa dan gaya tulisannya terasah, menunjukan kecerdasan dan kematangan berpikirnya. Bahkan diakhir opininya ia tak juga memaksakan akan sependapat atau tidak itu tak masalah. Ah....saya terkagum dengan itu. Saya sedikit tau background keluarganya, pola asuh orang tuanya terhadap mereka yang sedari dulu saya dengar. Satuhal yang menjadi point besar. Jadilah diri sendiri, bila saya ditanya mau jadi seperti ayahkah? Saya katakan saya tak ingin. Saya ingin menjadi diri sendiri, mengapa? Karena jika saya ingin menjadi seperti A, B atau C ketika saya sudah menjadi seperti mereka maka tak ada lagi yang bisa di harapkan, maka akan cukup sekian saja. Namun jika saya menjadi

HAL KECIL

HAL KECIL . . Jangan remehkan hal kecil, terlebih pada anak kecil. Karena sekecil apapun itu akan ada efek, bisa efek yang langsung dalam masa yg tidak lama atau efek tidak langsung dengan jarak yang lama. Memori anak akan sangat merekam, pembiasaan sedari kecil akan berdampak dimasa depan, hal yang tidak kita ajarkan namun mereka lihat akan mereka tiru apalagi yg diajarkan!jadi jangan sampai kita membiasakan kebiasaan buruk atau mendoktrin anak dengan hal negatif atau memenjarakan anak dengan contoh yang buruk dalam memori yang membuat mereka trauma. Karena saya akui detail kejadian sewaktu kecillah yg banyak saya simpan, bagaimana ketika saya harus menangis saat mengaji karena berusaha untuk benar bacaannya, atau ketika harus berjalan kurang lebih 3-4 km setiap harinya untuk menempuh sekolah madrasah, atau saya yang pernah di bully bahasa sekarangnya karena berkaca mata pada zaman SD yg membuat saya berbeda sendiri dari yang lain. Sehingga ada rasa minder, trauma dengan suara ker

KESEMPATAN

Bersyukur rasanya bulan-bulan ini saya mendapatkan beberapa kesempatan berdialog kecil atau bertemu secara langsung dengan orang orang hebat. Namun ada yg menggelitik pikiran saya terkait kesempatan melalui pernyataan seorang pembicara yg juga pernah menjadi mentor sekilas. Beliau membuka pembicaraannya dengan pernyataan "saya berada di depan kalian bukan karena saya hebat, tapi saya diberikan kesempatan lebih dahulu daripada kalian, jadi saya ingin diantara kalian kalian inilah yang nantinya berada didepan menggantikan saya" Menarik bagi saya, karena tak banyak dari pembicara yang mengingatkan kepada peserta atau dosen kepada mahasiswa atau guru kepada murid bahwa regenerasi akan terjadi, dengarkanlah dengan baik ketika menjadi peserta atau penonton, dan lakukanlah dengan baik ketika menjadi pemain atau pembicara di depan. Bukankah semua akan mendapatkan kesempatan?? Karena kita memiliki kesempatan, hanya terkadang kita belum menyadari cekah apa yang harus kita ambil da

TERLIHAT INDAH

Kadang yang terlihat indah dari balik jendela belum tentu indah adanya Kadang yang terlihat baik baik saja belum tentu baik keadaannya Kadang yang terligat kuat belum tentu sekuat kenyataannya Karena mereka tampak dari apa yang di lihat saja, bukan tau dari pemahaman yang seharusnya. Kita tidak pernah tau betapa seseorang harus merelakan sebagian uang jajannya untuk membeli barang yang dia inginkan. Kita tidak pernah tau betapa seseorang merelakan waktu malamnya mengenyampingkan tidurnya untuk bermunajat mengharap ridhonya. Kita tidak pernah tau dibalik senyumannya selalu ada kecemasan dan kesedihan yang dikesampingkan demi menenangkan dirinya menghadapi kenyataan. Kita tidak pernah tau betapa seseorang harus menerima banyak cemoohan bahkan dari mereka yang terdekat untuk keluar dari zona nyamannya. Kita tidak pernah tau karena kita tidak pedulikan itu...yang kita tau dia bisa membelinya, yang kita tau dia mudah meraihnya, yang kita tau hidupnya cukup bahagia, yang kita tau

Berani Jujur

Kalau saja kita lebih percaya diri dan berani untuk jujur. Ungkapan Texas menyatakan bahwa "seseorang yang percaya diri tak merasa perlu untuk membuktikan kalau dia percaya diri. Seorang wanita yang kaya, tak merasa perlu untuk meyakinkan orang bahwa dia kaya" Karena terkadang kita disibukan untuk meyakinkan, menunjukan, membuktikan, padahal ketika kita membutuhkan pengakuan tersebut sejatinya kita sedang tidak jujur, kita sedang tidak percaya diri. Bukankah ketika kita berlaku jujur dan melakukannya dengan percaya diri, pengakuan itu akan datang sendirinya, hidup ini terlalu rumit jika hanya mengurusi pengakuan orang lain. Namun nyatanya, keironisanlah yang sedang menghampiri, nyaris tak bersisa, nyatanya manusia mencari-carinya.

Pendidikan Indonesia

#edisi kuliah di kampus orang . Indonesia dengan luas wilayah dan banyak pulaunya, dengan peringkat pendidikan ke 60 dari 63 negara, dan tingkat literasi yang rendah pula namun tingkat kebahagiaan dalam belajar yang tinggi...apa kabar kualitas pendidikan Indonesia? Karena saya yakin Indonesia punya kelebihan yang masih terpendam, tersembunyi namun di luar ekspektasi...bantuk penemuan baru yang di rasakan dunia merupakan campur tangan dan ide anak-anak bangsa. Meski nama mereka kadang terasingkan di rumahnya.  Dilema, ketika saya memikirkan kemana arah dan ruang gerak gagasan yang saya munculkan dengan harapan akan terealisaaikan dan bermanfaat bagi masyarakat pedesaan khususnya. Lalu sepersedetik selanjutnya saya paham bahwa saya kurang membaca, saya kurang bicara, saya kurang berdiskusi. Ah rasanya haus ketika kembali bertemu kawan kawan semasa, dahaga  ini mencekal tenggorokan menampar saya bahwa ada banyak yang harus di tambal, ada banyak yang harus di isi, ada banyak yang haru

ZONA

Istilah zona nyaman sering kita dengar, atau pernyataan keluar dari zona nyaman bahkan mungkin lebih familiar. Tapi zona apapun yang kita geluti bagi saya seharusnya sudah terukur dengan kadar diri. Mengapa?jika kita katakan ingin keluar dari zona nyaman, tapi zona di luar sana tak aman, bahkan kita tak mampu bergelut di sana, ibarat warna mewarnai kitalah yang terwarnai, maka lebih baik kita menciptakan zona yang aman dan nyaman dengan apa yang kita miliki. Menciptakan atmosfir yang baik sesuai dengan rancangan kita dan arah tujuan kita.  Bila saja kita tak mampu bertahan pada zona kita sendiri maka keluar dengan gaya emergency merupakan hal yang banyak terjadi. Karena ketahanan, kekuatan dan tiang penyanggah kita tetiba roboh karena kurang kokoh sebab rancangan yang tak maksimal. . . Keluar dari zona nyaman atau berjuang di zona nyaman merupakan bagian dari pilihan. Yang harus kita sadari ialah rancangan dan tujuan yang harus optomal. Selamat beraktifitas

MENJADI TEMAN

Raut kami berbeda-beda saat ke luar dari ruang tes psikologi. Ia spontan memeluk saya seraya menanyakan "Mana ide-idemu yi?" "Mana tadi suara gagasanmu?" Ia bertindak bukan sebagai lawan apalagi saingan, Ia bertindak sebagai teman. Ia tau persis apa yang saya alami di ruang tes, terlebih saat sesi pemecahan masalah, karena saya sendiri sedang punya masalah.  Saya hanya membalas pelukannya, membalas juga tepukan di punggungnya. "Gpp tadi grogi" saya menutupi kekalutan saat itu. Kami bahkan belum kenal begitu lama, rangkaian tes yang cukup panjang untuk kegiatan ini sudah cukup mengakrabkan kami, tak butuh pengakuan untuk saling meninggikan, saya akui kepintarannya, kepiawaiannya dalam berbicara dan bahasanyapun tertata. Tapi kami tetap memperjuangkan nama universitas yang nantinya kami bawa. Sesi pengumuman enam besar kami saling berbalas doa, semoga siapapun yang maju, dialah yang berhak untuk kami beri dukungan dan doa. Saya harus berhenti

SEPERJUANGAN

Saya jadi teringat awal masa masuk kuliah, banyak likunya tapi insyaallah saya nikmati prosesnya. Banyak menggodog saya. Mental, hati bahkan fisik. Terbukti dengan timbangan yang tak seberat dulu hehehe. Sempat merasa putus asa, dengan segala segi  yang mulai menjejali, pertanyaan orang tua, kawan bahkan orang yang belum pernah saya kenal seakan terheran, berbondong menanyakan kenapa masuk kampus ini? Kenapa di jurusan yang ini tidak yang itu?kenapa tidak coba begini jangan begitu?dan masih banyak lagi variasi. Kalau boleh saya jawab, saya juga tidak pernah tau jalan ini, sayapun tidak memplaningkannya saat masa sekolah. Tapi saya sadar ada yang Allah rencanakan untuk saya, membiarkan saya tercengang, jatuh, menangis, kecewa, marah, namun mengembalikan dan membesarkan hati saya, membuat saya terharu,  tersenyum bahkan bahagia dan bangga. Ada yang bilang "jangan hanya numpang nama, tapi buatlah sejarah agar bernama" mungkin itu salah satu motivasi saya, mencoba membagi wala

HUJAN

Assalamualaikum Bukan hanya tentang air yang diturunkan Tuhan. Tapi tentang doa yang dipanjatkan membersamainya untuk menuai keberkahan. Hujan mengingatkan saya pada semangkuk mie rebus yang mamah hidangkan, aromanya merasuk hingga jiwa. Menarik selimut dan merangkul kami dalam peluknya yang hangatnya masih kami rasakan hingga dewasa. Hujan mengingatkan saya pada tangis, yang diam-diam saya sembunyikan saat lelah. Saat saya harus berjuang sendiri di tanah orang. Hingga ketegaran benar menemui saya dialam nyata. Membawa saya berkeliling menyusuri luasnya bumi milik yang Maha kuasa. Hujan membantu saya mendefinisikan makna syukur dengan rasa cukup, bukan lebih atau kurang sebagaimana hidup tidak untuk berlebih karena membahayakan tidak pula untuk kurang karena menyulitkan. Karena hujan berlebih akan datang banjir bandang sedang jika kurang akan hadir kekeringan. Allahumma soyyiban naafian.

MEMBANGUN

MEMBANGUN Jangan hanya "membangun" di Indonesia tapi "bangunlah" Indonesia. Awalnya saya tak begitu mencerna maknanya, setelah sebuah sambutan dan sesi materi kebangsaan dari salah satu staff kementerian RI. Tapi hal ini jadi menarik dan terbesit di benak lembali setelah satu tahun lebih sesi materi itu. Tahun politik yang panas bagi saya justru ketika semua pihak berlomba, mengunggulkan jagoannya, membenturkan dengan lawan mainnya. Boleh jadi kawan masa kini jadi lawan di masa depan. Hihihi...namanya juga permainan, bisa jadi salah strategi maka atur ulang ditengah jalan, yang penting pertarungan masih bisa  berjalan. Banyak kebijakan yang melawan tapi aman karena dianalogikan demi kebaikan bukan kemaslahatan. Perlu ditanyakan lagi kebaikan siapa yang diperjuangkan. Kembali kepada bahasan awal. Lalu bukankah membangun di Indonesia itu berita baik? Iya baik. Membangun berarti memberi akses, memberi lebih besar peluang dan banyak lainnya. Tapi membangun secara fis

Sepenggal Kisah

Bismillah Seorang Dosen kelas bahasa Inggris ketika hendak mengakhiri perkuliahan mengisahkan sebuah cerita. Seorang anak yang memiliki wajah kurang cantik berkeluh kepada ibunya. Lalu sang ibu menasihati anaknya. "Nak ini bukan wajahmu" sambil memegangnya. Sang anak terheran dengan perkataan ibunya. Lalu ibu itupun melanjutkan kata-katanya. "Ini wajahmu yang sesungguhnya" sambil meletakan tangan sang ibu di dada anaknya(hati). Lalu si anak tersadar bahwa wajah manusia sesungguhnya  ialah hati bukan paras fisiknya. Dan mengingatkan saya pada Abi, saat mengantarkan saya ke stasiun dalam dekapannya ia membisikan " kak jadilah wanita baik, maka yang akan kakak dapatkan juga baik" lalu meneruskan perkataannya " tak perlu memoles wajah seperti itu" sambil memalingkan wajah saya ke arah yang ia tuju. *Salam dari ujung Indonesia

I Love You Nek

Bismillah// Karena setiap perjalanan memberikan hal baru untuk dipelajari Seperti halnya harus ikhlas berpisah sementara waktu seperti halnya harus berjuang lebih tanpa lekang waktu Dan ketika kita merindu Ada banyak orang disekeliling memberikan cinta tanpa ragu. Selepas solat kami bersalaman, mempererat keakraban dan membersamai dalam kehangatan. Satu minggu sudah kami bersama dalam banyak perbedaan termasuk bahasa yang kadang menjadi kesulitan. Seorang nenek mengisyaratkan tangan seperti "anak metal" saya tak memahami bahasa isyaratnya. Teman disamping saya mengatakan itu artinya "I love you" jika di Thailand. MasyaAllah betapa mudah mencintai karena Allah, sayapun meletakan tangan di dada dan membukanya mengarahkan padanya mengisyaratkan " I Love you too nek" tanpa perlu banyak alasan dan waktu lama untuk saling merasa bersaudara. Saya menitikan air mata betapa sedikit waktu saya bisa membersamai kedua nenek saya yang tak bosan mengirim doa di r

Hina dan Menghina

Gambar
Bismillah// Sebuah seminar beasiswa yang didalamnya menyadarkan makna kata, sambil tertawa kami menanggapi fenomena yang sering terjadi di sekitar kita, bahkan mungkin kita pernah menjadi pelakunya. Pembicara itu menceritakan pengalamannya, kebetulan beliau berasal dari Bali. Sembari menampilkan foto menceritakan kisah dibaliknya "Waktu itu saya study tour ke jogja, saya kalau liat orang Jogja ke Bali, foto di Tanah Lot saya akan bilang deso*, saya kalau ke Jogja foto di Tugu Jogja dong" lalu peserta riuh sembari menahan tawa. Beberapa orang menanggapi itu deso* juga pak...mungkin jika pembicara itu tidak melanjutkan perkataanya, apa yang dibicarakan hanya akan sampai pada tawa saja, namun beliau melanjutkan. "Seringkali kita menghina, padahal kita juga hina, sudah hina sama sama menghina" kurang lebih begitu ucapnya, dan tawapun kembali bergemuruh. Tak jarang orang menghina tapi ia tidak sadar perbuatannya, yang lebih parah lagi bahwa ia tidak sadar ia tel

Jembatan Persimpangan~

Bismillah// . . Setiap keputusan yang kami pilih, turut didalamnya andil kami sebagai pelaku yang akan menjalaninya. Saat itu saya masih SD tidak mengerti apa itu demokrasi, apalagi demokrasi terpimpin seperti yang orang tua saya terapkan di rumah. Saya ditanya, dimintai pendapat, diberitahu konsekuensi dan segala hal terkait serta diajak duduk bersama. Disodori beberapa lembar kertas yang sebagian sudah penuh dengan coretan, mama masih memegang pena, wajahnya tampak serius, apalagi Abi. Lalu kertas itu dibawa kehadapan saya dan Abi mulali membuka percakapan. "Kak...ini rinciannya" kurang lebih begitu. Tertera biaya sekolah, biaya kehidupan juga konsekuensinya. "Abi ingin kamu yang memutuskan" Meskipun saya tau ini sudah diarahkan. Jika kamu disini maka akan seperti ini...jika kamu disana maka kamu kurang lebih akan seperti itu...dan bla bla bla. Lalu saya memutuskan, seorang anak SD yang masih ingusan ternyata diberikan keleluasaan untuk menentukan. Lalu 8 tah

HIKMAH (dibalik peristiwa penembakan di masjid Selandia Baru)

Bismillah// . Jika saja perempuan itu marah, maka tak akan ada air mata yang membuatnya dikagumi, disayangi, dibanjiri doa dan peluk, sungguh mengguncang semua kalangan saat negara dengan tingkat keamanan dan toleransi tinggi itu dihujami peluru di hari penuh berkah jum'at, di tempat teristimewa masjid. Muslim yang sedang menjalankan solat jum'at itu harus menyambut maut dari kebencian yang tertanam pada diri seorang laki-laki. Semua orang tergugah, bukan semakin lemah, keimanan kami bertambah, ada banyak kisah ada banyak hikmah. Masjid marak dijaga bukan hanya di Selandia Baru, orang berbondong untuk memeluk, menguatkan, memberi dukungan, aksi solidaritas dilakukan, bahkan ada yang menyatakan dengan tarian, sebuah simbol untuk membentengi kekuatan. Sungguh ada banyak hikmah dibalik kisah...para wanita non muslim tak canggung mengenakan hijab, datang bergandengan tangan dan membuat pertahanan, mendengarkan adzan yang dikumandangkan bahkan akan disiarkan di media nasional, s

Siapa bilang "usaha tidak menghianati hasil"

Bismillah// Disaat kita menggantungkan hasil pada usaha, lihatlah para penjual sayur di pasar sana, sedari pukul dua sudah mulai pekerjaannya, membuka lapak hingga fajar tiba. Maka usaha mereka sungguh luar bisa melebihi para pekerja yang mulai datang ke kantornya pukul delapan pagi. Jika menghitung hasil, penghasilan penjual sayur tidaklah seberapa dibandingkan para pekerja yang ketika pukul tiga sudah mengemasi barangnya untuk kembali ke rumah-rumah mereka. Tanpa kotor dan tawar-menawar yang lama. Jika menghitung hasil, penghasilan pekerja tidaklah seberapa, meski mereka rela waktunya habis di kantor dan jalan saja dibandingkan anak muda yang membawa kamera, mendokumentasikan kehidupannya untuk dibagikan pada halayak maya. Tanpa bangun sepagi itu untuk mendapatkan hasil yang fantastis hitungannya. Padahal bukan usaha yang menentukan hasil tapi usaha hanya sebatas cara untuk mendapatkan hasil. Jangan heran jika kita merasa dikhianati usaha, karena kita terkadang lupa ada yang lebih