Jembatan Persimpangan~

Bismillah//
.
.
Setiap keputusan yang kami pilih, turut didalamnya andil kami sebagai pelaku yang akan menjalaninya. Saat itu saya masih SD tidak mengerti apa itu demokrasi, apalagi demokrasi terpimpin seperti yang orang tua saya terapkan di rumah. Saya ditanya, dimintai pendapat, diberitahu konsekuensi dan segala hal terkait serta diajak duduk bersama. Disodori beberapa lembar kertas yang sebagian sudah penuh dengan coretan, mama masih memegang pena, wajahnya tampak serius, apalagi Abi. Lalu kertas itu dibawa kehadapan saya dan Abi mulali membuka percakapan. "Kak...ini rinciannya" kurang lebih begitu. Tertera biaya sekolah, biaya kehidupan juga konsekuensinya. "Abi ingin kamu yang memutuskan" Meskipun saya tau ini sudah diarahkan. Jika kamu disini maka akan seperti ini...jika kamu disana maka kamu kurang lebih akan seperti itu...dan bla bla bla. Lalu saya memutuskan, seorang anak SD yang masih ingusan ternyata diberikan keleluasaan untuk menentukan. Lalu 8 tahun ketika anak itu harus memilih kembali, ia tidak lupa apa yang harus ia lakukan disamping meminta petunjung yang maha kuasa. Ia menyodorkan selembar kertas. Meyakinkan, membuat komitmen, menyanggupi segala konsekuensi dan mulai berjalan diatas pilihannya. 3 tahun kemudian ia ada dipersimpangan jembatan. Masihkan sama? *bismillah ia membulatkan pilihannya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Culture Shock di Thailand

Culture Shock Pendidikan di Thailand

Sinopsis Film Blacklist (Thailand)